Sunday, September 28, 2014

Lively Life


- With every broken bone, i swear i lived -


Arthritis 
Hernia
Bronchitis
Typhus-Gastritis 
Vitiligo
Lump
Scoliosis
Tremor
Light stroke

Neurofibrosis, you can hit me with everything but i swear, i will stand up
 
For everyone who decide to redefine 'pain'
Don't let anything stop you

Tuesday, October 8, 2013

Gemerisik angin di sore hari

Mati lampu

Sejak kemarin malam hingga sore ini, pemadaman masih terjadi. Walaupun ada pemberitahuan sebelumnya, genset kantor yang rusak dan sedang diperbaiki, menjadi penyebab aku dan Adi duduk menikmati langit sore dan gemerisik angin sambil menunggu jam pulang kantor.

Adi : "Sering banget ya pemadaman di kota ini, pantesan gak terlalu produktif "
Saya : "Aduh...kalo mau dijawab, entar kita ngebahasnya panjang nih Bang..."
Adi : "Wah...saya tahu, kamu pasti mau ngomongin keadilan pembangunan dan kebijakan pembangunan infrastruktur antara pulau jawa dan pulau lainnya"
Saya : "Nah kan... Nampaknya Abang udah mau nyetir saya ke arah sana nih...."
Kami tertawa bersama.
Kami berdua, sama-sama perantau dari pulau Jawa. Lahir dan besar di Pulau Jawa, sehingga saat kami ditempatkan di luar pulau Jawa, kami hanya bisa berusaha sekuat kami dengan sering menghela nafas atas perbedaan fasilitas yang ada.

Bang Joni datang mendekati kami, masih asik menikmati rokok di jemarinya sambil bernyanyi 'Bang Toyib'.

 Adi : "Kangen istri kau Jon"
Joni : "Hh... Seenak-enaknya tanah orang, paling enak rumah sendiri Lay"
Adi : "Ha3, jadi gak pa-pa ya, rejeki gak seberapa asal ngumpul sama istri"
Joni : "Iyalah Lay"
Saya : "Ya.... asal jangan istri ngambek aja ngeliat gaji..."
Joni dan Adi : "Ha3"
Joni mulai menyalakan batang rokok barunya.
Adi: "Kau ini, masih kuat kali rokokmu, Lay. Apalah artinya kemarin kau publish ke-haram-an merokok di blog-mu"
Joni : "Ha3. Itu kan pembelajaran buat orang-orang lain"
Adi : "Halah...kau ini Lay. Contoh Cumi sat
u ini, berhenti dia merokok saat ada fatwa haram"
Saya : "Ha3. Bukan Bang, saya berhenti karena bronkitis saya kumat"
Joni tertawa tergelak.
Adi : "Halah...kau ini... Kalau baru mau mati saja, kau baru insaf"
Joni : "Tuh...bagusan saya lah Lay, konsisten"
Adi : "Halah...kau ini juga Lay. Tak perlu lah aku kotbah"
Joni : "Tak perlu lah Bang, aku sudah tahu pun aku tahu resikonya, tapi ini pilihanku Bang"
Kami bertiga terdiam saat angin angin mulai ditemani oleh rintik hujan. Kota ini memang dikelilingi oleh pantai, sehingga langit biru sering sekali ditemani dengan rintik hujan serta hembusan angin pantai.

Joni : "Aih...bikin makin aku kangen 'ma istriku"
Adi : "Kangen kau, ambigu, Lay"
Saya : "Kau ini, sore-sore kangen, habis sabun kau nanti malam"
Joni : "Ah...kau masih singgle Mi, jadi kau tak mengerti ke-kangen-an aku dan Adi"
Adi : "Hati-hati Lay, singgle bisa aja status dia di sini, tak tahu pula kita dia di Pulau Jawa"
Joni : "Jangankan di Pulau Jawa, Lay, di kost-an dia aja, tak tahu kita"
Adi : "Nah iya Lay, waktu aku antar dia pulang. Dia langsung 'disambut' sama orang-orang di kost itu"
Saya : "Haih... Ada juga saya di bully Bang"
Joni : "Masih di bully? Se-tua kau ini?"
Joni tertawa.
Adi : "Biasanya kalau di bully, berarti dia suka kau Mi"
Saya : "Halah, ajaran sesat itu Bang. Jika dia mem-bully saya, berarti dia tidak menghormati saya"
Joni : "Macam gila hormat-lah itu Mi"
Saya : "Bukan gitu Bang. Apapun kondisinya menurut saya, menyakiti perasaan seseorang, baik yang itu kita cintai, berarti tidak menghormati orang itu Bang. Sama aja Bang kasusnya sama ngajarin cewek, kalo ada cowok yang nyakitin kamu, berarti dia suka sama kamu. Nah...masochist dah"
Adi : "Iya...bolehlah, tapi cewek di kost-an kau itu, kelihatan kali mencari perhatian kau"
Joni : "Masih kecil Mi, pemikiran belum matang, dan mungkin dia juga diajarin seperti yang tadi kau bilang, entah sama keluarganya atau temannya"

Langit mulai menampakkan semburat senja, mengingatkan kami akan waktu pulang kantor.

Joni : "Pulang...pulang...Lay"
Adi : "Ngapain kau pulang buru-buru Lay, kost-an juga gak ada orang"

Joni : "Anginnya enak Lay, tapi bikin aku masuk angin Lay"

Sunday, September 15, 2013

Kotak yang meng-kotak-kan (??)

Yang buchi, tunjuk tangan!!!
Wkwkwkwkw
No offense lho guys (gals)
Saya cuma lagi terselenting saja dengan idenitas atau apalah namanya embel-embel keterangan pada objek.
Bahkan mengelompokkan perasaan dalam suatu blok pada keterangan

Mungkin jika dibahasakan menjadi: 'tak peduli apa statusnya (B/F/A/NL) klo ya cinta, ya cinta aja'.




Monday, July 15, 2013

Lagu untuk I

Tak ku ingkari
Senyummu menawan hati
Mengajak hati ini
Tuk bernyanyi

Walau nada tak kutemui
Namun ia tak mau berhenti

Rasa ini ikut menari
Menghentak dalam nada ilusi

Tak ku ingkari
Rasa ini tak mau pergi
Mengajak angan ini
Tuk bermimpi

Jikakah suatu hari nanti  

Nadamu menemani ku tuk bernyanyi


NB :
Gara-gara tantangan Miss I, untuk membuat lirik dalam waktu 15 menit.
Miss I, jangan lupa jika udah ketemu chord gitarnya, di share. :D 

Beristirahat di Jogja

Setahun yang lalu...

Pagi yang indah di Jogja, walau panas matahari sudah mulai naik, namun rindangnya pohon kelapa dan kopi menaungi kami. Mama membenahi potongan rambutku, yang sebelumnya hanya dipotong pangkas saat di rumah sakit. 
"Tuh kan cantik, kaya Liliana Natsir" ujar Mama.
"Iya sih...tapi aku udah gak bisa main badminton lagi ya Ma"
"Ha3, gak pa pa. Mama juga udah gak main badminton lagi"
Aku tersenyum sambil melihat helai demi helai rambutku jatuh di pelataran kebun. 

Kakek ku datang, ia duduk mendekat, mengamati kami sambil melinting tembakaunya.

Lalu Kakek bercerita, "Ada keponakan pria ku yang buka salon, ya..masih saudara juga sama kamu, hidupnya sama pria. Lanang-an. Yang disayangkan, dia menjauh dari keluarga. Kalo menurut ku, jika kamu sudah mengambil keputusan, ya, dijalankan, resikonya ya dihadapi. Jangan menjauh dari keluarga, itu gak menyelesaikan masalah. Malah bikin masalah di keluarga"

Aku hanya terdiam mendengarkan cerita kakek, mengamati asap rokok kakek yang makin lama makin pudar, tersapu oleh dinginnya pagi.

 “Dengerin itu, nasihat dari kakek”
Tangan Mama sibuk memainkan rambutku, lalu Mama men-spike rambutku dan berkata
“Nah, kalau ini Goku”

Tiga hari setelah itu, kakek masuk rumah sakit. Asam lambung kakek memang tinggi sehingga mengikis dinding lambungnya dan menyebabkan kebocoran pada lambungnya. Upaya operasi gagal karena kondisi jantung kakek. Kakek meninggalkan kami, di hari kedua idul fitri.






NB :
Lanang-an : Pria yang hidup dengan pria

Sunday, June 9, 2013

Antagonis dan Angin

Aku merindukanmu
Rindu belaianmu
Rindu suaramu

Menembus angin

11 bulan telah berlalu
4 bulan masih menunggu 
Terlalu lama untukku

Penjara angan

Roads Untraveled


Bagiku, salah satu cara melepaskan penat adalah dengan mengendarai motorku.
Menelusuri jalan raya
Menuju pantai
Mencari air terjun
Menemukan hal-hal baru


Bang K : "Lo klo udah boleh naik motor lagi, mau kemana kita?"
Cumi : "Touring ke Kiluan n Krui yok Bang"
Bang Z : "Kuat tak badanmu itu?"
Cumi : "Kuat lah Bang"
Bang K : "Kali ini, gw bawa istri gw nih, asyik lah Lay, sekarang kita ada yang ngebonceng"
Bang Z : "Aih..betul pula lah kau, aku juga mau bawa istriku"
Bang K : "Lo gak usah bawa cewek dulu...eh maksud gw, gak usah ngeboncengin siapa-siapa dulu, Mi"
Aku tertawa kecil...
Bang Z : "Kau ini, bawa diri kau sendiri saja, aku tak yakin. Janganlah kau aneh-aneh dulu. Atau aku tak usah bawa istriku, kau kubonceng saja"
Cumi : "Lah...kagak lah Bang"
Bang K : "Ya Z, kasianlah istri lo"
Cumi : "Bukan gitu Bang...Lo tahu sendiri, terakhir kita touring, Bang Z paling belakangan"
Bang Z : "Aih...kau ini... Bolehlah dulu kau paling pertama, tapi aku rasa kali ini, aku yang pertama"
Cumi : "Boleh diadu..."
Bang K : "Udah lo gak usah gaya dulu, benerin dulu tuh badan. N benerin juga tuh motor lo"
Bang Z : "Kau jangan macam-macam dulu, masih banyak yang belum kita telusuri di sini" 
Cumi : "Iye, sipp dah"


 



Wednesday, May 29, 2013

Rengekan pagi hari

Karena tuts keyboard seakan jarum akupuntur,
yang dapat mengeluarkan penat dalam otak.
Ada suatu aliran, saat Jemari ini menekan huruf demi huruf
Pun layar menampilkan rangkaian acak kata
Yang terkadang tak dimengerti logika

Namun

Ku biarkan saja jemari ku menari
Hingga saatnya rasa nyeri menghantui kembali
Mematikan jemari dalam sandaran peti mati

Sementara itu sang otak berkeliaran
Mengecup satu imajinasi ke imajinasi yang lain
Menggoda jemari tuk bermain

Namun

Sang jemari sudah tak kuasa lagi
Ia tetap bersandar pada pelukan peti mati

Menanti hingga hantu itu pergi 

Saturday, February 23, 2013

Bulan ke-tujuh

Dalam waktu bedrest saya kemarin, saya akhirnya mulai melahap beberapa buku lagi
Indahnya 'titik jeda' dari rutinitas berkerja

Ah...saya jadi teringat tentang cerpen ke-lima saya yang saya terlantarkan.
Mari, saya ajak flashback dulu (walaupun flshback ini membuat saya sedih,
karena mengingat komputer lama saya yang terbakar).

Cerpen pertama saya bertemakan dektektif muda.
Cerpen tersebut menceritakan tentang enam anak SMA yang mengusut kasus hilangnya
teman mereka. Cerita tersebut mengusung nilai persahabatan dan kekonyolan masa muda,
serta tentunya kerjasama mereka dalam mengusut kasus tersebut.
(Saya sangat sedih saat tahu file cerpen ini tidak bisa terselamatkan,
karena cerpen ini bertemakan detektif, saya membuat deskripsi yang detail
dan juga belum saya publikasikan ke blog saya)
Cerpen tersebut saya buat saat saya SMP, pun terinspirasi dari geng petualang
pada saat saya SMP (thank u Dina).

Cerpen kedua saya bertemakan cinta tak terbalas (teenlit).
Cerpen tersebut menceritakan seorang wanita (kelas 1 SMA) yang jatuh cinta
dengan seorang pria, namun cintanya tak terbalas. Saat perpisahan, sang pria barulah jujur
pada sang wanita bahwa dia menolak cinta sang wanita karena jatuh cinta dengan orang lain
dan orang tersebut adalah juga seorang pria.
Cerita ini mengusung nilai persahabatan dan cinta, arti cinta, dan tentunya naif-nya
mereka dalam menghadapi cinta (Ini pertama kalinya saya mengenal mengenai
'border cinta').
Cerpen ini saya buat saat saya SMA. Saya terinspirasi dari seorang teman saya 'Chi-Mo'.
(Dimana pun lo berada saat ini, gw selalu mendoakan yang terbaik buat lo
dan semoga lo bahagia). 

Cerpen ketiga saya bertemakan supranatural (bukan hantu lho...).
Cerpen tersebut menceritakan tentang seorang pria (Kai) yang mempunyai kekuatan
untuk melihat ke dunia lain (baik itu masa depan, dunia ruh atau dunia paralel).
Di cerita ini diceritakan dunia yang mereka huni (Bumi), memiliki ruh penyangga yang
harus ditopang dengan ruh-ruh lainnya agar mereka dapat sampai ke Nirwana.
Namun karena tindakan beberapa manusia yang sudah tidak memiliki ruh,
sistem penyangga mulai goyah. Bumi mulai 'mati' secara perlahan dan 'Kai' berusaha
untuk menolong bumi. Kai berusaha menolong bumi dengan memanggil
ruh dari dunia ruh untuk menopang bumi, namun bayaran dari hal tersebut adalah
tubuh Kai. Kai juga berusaha menyadarkan beberapa manusia dengan membawa manusia
tersebut melihat alternatif kejadian di dunia paralel, dan bayaran untuk hal tersebut adalah
makin goyahnya dunia nyata,
Hingga akhirnya Kai bertemu dengan Yuki, Yuki menyadarkan Kai, bahwa manusia-lah
yang harus bisa dan mau berubah untuk menolong Bumi.
Cerita ini mengusung nilai persahabatan dan ikatan batin antara
manusia-Bumi-Tuhan-dan sesama ciptaan2 Tuhan).
Teman saya yang membaca cerita ini berkata cerita ini seperti telaah mimpi (hahaha...
emang lo kata, gw dukun :p).
Cerita ini saya buat saat saya akan menamatkan SMA dan baru selesai
saat saya kuliah tingkat dua.

Cerpen keempat saya (sudah saya publish di blog ini). 

Cerpen kelima...masih terkapar minta dijamah.

Semoga tahun ini, saya lebih bisa produktif :D